Rabu, 17 Juni 2015

Semua Tentang Hobi

Setiap orang memiliki hak untuk memilih apa yang hendak diraih olehnya dimasa yang akan datang, dan hal itu tentunya tak lepas dari apa yang disebut Hobi, karena sebagian besar orang yang berhasil adalah ia yang mampu memahami potensinya melalui hobi.

Bicara tentang hobi maka kita bicara tentang potensi, kita bicara jauh dari kepenatan tugas kuliah yang bahkan sampai akhir semester belum terselesaikan dengan baik, kecuali jika hobimu memang mengerjakan tugas kuliah, Aku mah apa atuh!. hihihi

Every Child is Star. Setiap orang memiliki potensi dan hobinya sendiri, jangan di banding - bandingkan jangan dipaksakan, manusia lain tak punya hak termasuk orang tuanya sekalipun kecuali hobi itu dapat dikatakan jauh dari hal yang dapat memberikan manfaat melainkan banyak mudharatnya atau keburukan. jika sudah begitu, saat anak memiliki hobi tidak baik seperti mencontek misal, jangan terlalu keras dimarahi, rangkul ia ajak ia belajar karena bisa jadi alasan ia mencontek adalah ia belum menemukan metode dan pembimbing yang tepat dalam belajar. Sipp. kembali ke hobiku, aku memiliki banyak sekali hobi yang bagiku bisa menjadi pilihan, saat aku  bosan aku bisa melakukan hobi yang lainnya, tapi resikonya yaah aku ndak bisa fokus. That's right !! 


Selasa, 28 April 2015

Pantaskan Diri Sebagai Guru

gambar diambil dari: http://indonesia.ucanews.com/wp-content/uploads/2012/10/guru.jpg
Dalam mendefinisikan pengertian guru memang banyak sekali referensinya, namun sekali lagi dalam hal ini saya merasa sangat malas menapaki referensi itu, bukan karena sok pandai namun saya hanya ingin mengetahui seberapa pemahaman saya terhadap apa yang saya pikirkan. Jika dikatakan menjadi peserta didik mungkin memang hanya bisa memberikan kritikan kepada guru tanpa mengerti bagaimana kesibukan guru yang sebenarnya, maka bagi saya hal itu memang sangat dibutuhkan guna evaluasi terhadap kinerja guru. Jadi jika anda ingin menjadi guru, ada baiknya anda pikirkan dengan betul - betul mengenai kesabaran yang harus anda miliki maupun waktu luang dan yang lainnya, dengan kata lain "Pantaskan diri sebagai guru".

Guru, bagi saya guru merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan siswa atau peserta didik disamping usaha dan potensi peserta didik itu sendiri maupun kehendak Tuhan yang ketetapannya benar - benar pasti. Bagaimana tidak, menjadi guru bukan hanya dalam arti sempit yaitu mengajar saja melainkan seperti yang dikatakan orang jawa bahwa guru itu digugu lan ditiru maka menjadi guru seharusnya mampu memberikan contoh tabiat yang baik bagi peserta didiknya. Menurut apa yang saya pahami dan saya amati guru adalah pemimpin maka semangat guru teramat penting bagi murid - muridnya karena guru yang selalu semangat akan membuat murid menjadi terbawa arus semangat, lain dengan guru yang selalu mengeluh dan juga menampakkan wajah yang muram terlebih lagi apabila guru itu selalu membawa permasalahan pribadi ketika mengajar, maka hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dan kualitas siswa. Disamping itu, sering sekali guru mengatakan dengan nada yang sedikit tidak enak ketika peserta didiknya belum mampu mencapai target prestasi yang ia dambakan dengan ucapan seperti ini "ya... kalau murid kurang berhasil, guru lagi yang disalahkan yah. guru memang selalu salah" dan mendengar hal itu hati saya berkata "kalau gak mau disalahkan gak usah jadi guru, pulang sajalah guru kok kebanyakan ngeluh".

Selain hal - hal tersebut menjadi guru juga dituntut untuk mampu memahami potensi peserta didiknya, itu semua terbukti dengan adanya pembekalan materi kuliah psikologi pendidikan bagi para calon guru. Beberapa waktu lalu, saya sempat menonton film India yang judulnya Teri Zameer Par yang berisi tentang bagaimana pentingnya teori humanism dalam pendidikan, bahwa setiap anak memiliki potensi berbeda, bahwa setiap anak tidak akan mampu disamakan walau ia berada dalam satu lingkungan yang menuntut dirinya harus sama seperti yang lain yaitu lingkungan pendidikan. Lantas siapa yang harus memahami setiap potensi itu? Guru lagi? Ya, benar sekali, guru memang memiliki peran utama dalam hal tersebut. Selain sabar, guru memang harus mampu memahami bagaimana cara peserta didik menunjukkan potensinya. Dengan kata lain, menjadi guru tidak boleh terlalu egois dengan mengarahkan siswa sesuai dengan kehendaknya tanpa memperdulikan apa yang peserta didiknya miliki sebagai potensi. Menjadi guru hendaknya mampu berlapang dada mengarahkan potensi anak didiknya, bukan mengekang dan "mengendalikan" sesuai keinginan dan apabila tidak sesuai keinginannya maka ia menjadi susah hati, masih pantaskah menjadi guru? 

Peserta didik atau siswa atau murid merupakan sasaran dalam pendidikan, jika guru benar - benar mampu memahami teori humanisme dalam psikologi pendidikan harusnya ia mengerti bahwa manusia bukan makhluk yang hanya mampu berjalan ketika diberi stimulan layaknya tikus, manusia memiliki akalnya sendiri dan dengan akalnya itu maka ia mampu berpikir. Pikiran peserta didik bukanlah bahan untuk dikendalikan melainkan diarahkan, ingat!! "diarahkan" maka sekali lagi menjadi guru tidak boleh egois. Lagi pula apa guna teori psikologi pendidikan jika guru masih tidak mampu mengaplikasikannya? apakah itu dianggap hanya sebagai formalitas agar transkip nilai kuliah terisi? 

Dalam hal ini saya memang belum memiliki pengalaman sebagai guru, tentang kesibukan dan apa saja yang membuat guru mengalami kesulitan. Namun saya memiliki sesuatu yang di anugerahkan Tuhan sebagai alat untuk mengamati, dan seringnya saya menjumpai tipikal guru yang tak mampu memahami apa yang menjadi potensi peserta didiknya, kemudian mengolok - olok peserta didik itu di depan peserta didik yang, menuntut mereka untuk setara denganyang lain padahal sudah jelas bukan disitu ia ahli, tidak ingin mendukung apa yang dilakukan peserta didik karena ia memiliki potensi yang jauh berbeda dari apa yang guru harapkan. Padahal sebenarnya hal itu justru membuat harga diri dan kualitasnya sebagai guru menjadi tampak menurun, dan sekali lagi saya memang harus berkata "menjadi guru harus siap disalahkan". Seharusnya ketika ingin menjadi guru maka ia harus mengerti bahwa hal itu sangatlah riskan bahkan tanggung jawab menjadi guru terbawa hingga dihadapan Tuhan. Jika dikatakan bahwa menjadi guru boleh mengatur siswanya, maka saya katakan "lihatlah tabiat anda", jika dikatakan bahwa menjadi guru tak semudah kritikan saya maka saya katakan "lalu kenapa masih memaksakan jika ikhlas bukan dasar anda", jika dikatakan bahwa saya tidak mengerti apa - apa maka saya katakan "pengalaman memang penting namun percuma bila anda menutup telinga", dan jika dikatakan bahwa saya benar - benar belum mengerti apa - apa maka saya katakan "berarti anda benar benar setengah hati".

Menjadi guru memang tidak mudah jika anda terlalu sering mengeluh, egois, dan hanya berusaha mencapai target. Karena pendidikan bukan hanya dilakukan untuk mencapai target melainkan untuk memberikan pemahaman, target hanya tujuan cadangan sedangkan tujuan utama adalah pemberian pengertian. Percuma memampang target namun tak ingin memperhatikan yang lain, tidak bisa dipungkiri memang target itu perlu namun proses lebih perlu. So, pantaskan diri sebagai guru, bila ingin menjadi seorang guru wajib yaitu guru yang kehadirannya membawa sesuatu yang positif bagi setiap peserta didik baik dalam segi semangat, pembelajaran dan solidaritas, jangan bangga ketika menjadi guru yang tidak disukai banyak siswa atau peserta didik karena bisa jadi kehadiran guru itu hanya membawa keluhan, amarah, sehingga berdampak kebosanan dan kemalasan siswa disadari ataupun tidak. 

"ini hanya pendapat tentang apa yang saya dapatkan dari pengamatan, karena saya merasa perduli dengan pendidikan. Maaf apabila ada kesalahan, semoga Allah mengampuni saya atas kesalahan yang mungkin ada dalam artikel ini"

Senin, 27 April 2015

Cukup Diam

Gambar diambil dari: http://i.huffpost.com/gen/1319291/images/o-BENEFITS-OF-QUIET-facebook.jpg

Diam itu emas
Diam itu menghanyutkan 
itulah ungkapan yang biasa dikatakan kepada seseorang, bahkan Ali bin Abu Thalib mengatakan: "Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. karna yang menyukaimu tak membutuhkan itu, dan yang membencimu tidak percaya itu". 

Nah, sudah jelas bukan bahwa diam adalah lebih baik daripada itu nantinya akan membuatmu berada dalam kesukaran. Begitu banyak hal yang mampu membuat kita terjerumus dalam hal yang tidak baik hanya karena lisan, begitu bahaya dan tajam memang lisan kita ini. Bahkan, begitu banyak yang mengatakan bahwa "sakit karena ucapan, siapa yang mampu mengobati?" 

Seperti yang kita ketahui bahwa lidah hanya memiliki tulang lunak untuk bergerak, entahlah itu tulang atau bukan  yang pasti lidah memiliki akses luas jika tidak kita jaga dengan baik. Memang, tidak selalu diam itu baik. Terutama seperti ketika sedang berdiskusi di dalam kampus, maka diam akan membuatmu menjadi semakin tertinggal dari yang lain atau seperti ketika kita memiliki maksud yang baik terhadap orang maka orang itu tidak akan mampu mengerti apabila kita hanya diam tiada berkata, terlebih orang yang kita inginkan itu bukanlah orang yang mampu membaca "kode" yang kamu berikan maka berbicara adalah yang terbaik.

Namun, seperti yang diulas diawal bahwa diam itu perlu, karena orang orang diluar sana tiada ingin mendengarkan kata katamu yang sama sekali tiada berguna itu. Bahkan di kampus saya terpampang slogan yang sangat besar yang bertuliskan, "Lebih baik diam daripada bicara yang menyakitkan, berbicaralah kalau bicaramu mengandung do'a". Jadi, jika bicaramu hanya sia - siaatau bahkan mampu menyakiti yang lain maka diamlah saja. Bicara bukan hanya sekedar penyampai kata melainkan penunjuk hati dan perasaan seseorang. Bagaimana tidak, bukankah berbicara itu mampu mencerminkan apa yang sedang dirasakan seseorang.

Bicaralah jika itu perlu dibicarakan, bicaralah dengan kata yang santun bukan bak meriam berapi yang senantiasa membakar tiap apa yang ia lalui, bicaralah jika itu membangkitkan. dan BUNGKAM mulutmu apabila itu mampu mematahkan semangat lawan bicaramu.

Rindu

Bicara rindu seperti membicarakan titik demi titik hujan yang tiada henti meneteskan kesegaran, ia datang hanya sesaat, ia datang membawa kesejukan sesaat yang membekas, meninggalkan basah meninggalkan dingin. Bicara rindu itu berarti bicara kau dan aku, bicara tentang segenap perasaan yang tak berani ku ungkapkan dihadapanmu, tentang perasaan yang membuatku tersiksa tiada kilah. Rindu, aku tersulut terlalu banyak olehmu, tergetar seluruh jiwa hingga membekas luka penuh lepuh membakar jiwa. 

Bicara rindu rasanya membulat seolah tak memiliki ujung yang pasti, seperti benar rajut yang menyulam rumit, awal hingga akhirnya menyayat di telunjuk tangan sebelah kiri. Bicara rindu berarti bicara tentang butiran - butiran do'a yang kian mengepul bak debu - debu yang beterbangan terbawa angin yang begitu kencang. Bila tak mampu tersampai rindu, sebaiknya memang tak usah tersampaikan hingga Tuhan menyampaikannya dengan cara yang syar'i.Tak perlu merintih aku terhadapmu, cukup rintihanku pada Pemilikmu. 

Bicara rindu maka bicara tentang perasaan yang membungkam tiada ucap sepatahpun, bukan karena bisu bukan pula tak mengerti bahasa, seringnya rindu merasa bahwa dirinya tiada pantas, bahwa dirinya tiada penting lagi. Bicara tentang rindu, maka bicara tentang kita. Tentang kita yang tiada kutahu seberapa pantas rindu merasuk dalam baluran hidup yang semakin meruncing. Bicara rindu maka bicara hatiku yang kian lama benar - benar beku karena sering menggunjing diriku dalam diam, betapa tersiksanya hatiku, betapa lelah langkahku ini meniti rindu yang kian mengembang tanpa ku tahu kapan rindu ini kembali dan hilang. Sesak, aku terpedaya rindu.

Bicara rindu maka bicara tentang aku yang begitu rumit menyembunyikan semuanya yang kurasa benar benar tiada pantas, aku malu pada Dia yang selalu bersamaku dan memberikan rindu padaku. Bicara rindu maka bicara tentang hatiku yang tiada pernah aku pahami hingga kemudian hari, biarlah saja.

Bicara rindu maka bicara cerita yang benar tiada berujung sekuat apapun rindu ini ku hentikan maka semakin aku tiada mampu berdiri membangnkan diri dalam gegap asa yang semakin lama benar benar mnyakiti.

"Bicara rindu maka bicara aku yang tiada lelah menunggumu didalamnya"

Minggu, 26 April 2015

Tentang Cinta

Cinta memang sering tak membutuhkan alasan, dimanapun cinta itu ada maka alasan tak perlu kuat kuat menjamah segala persendiannya. Cinta, bahkan seringnya nampak menyingkir dari titah Tuhan yang sejatinya adalah Maha Cinta. Segala yang indah nampak nyata hingga buai mengalun tanpa pandang bulu.
Cinta, laksana bulan purnama tiada bercahaya tanpa malam sebagai pembanding. Cinta, seperti mata dan air mata, karna tanpa air mata maka mata kian mengering. Cinta tercipta dalam setiap hati, walaupun kau nampak tiada peduli maka sebenarnya itulah rasa cinta yang kau miliki.
Aku tiada menahu banyak tentang makna cinta dalam inderawiku, hanya saja aku mampu merasakannya melalui azimat yang tertuang darinya. Hujjah cinta tiada yang mau mengerti pula memahami, yang kutahu para penikmat cinta hanya memahami melalui intuisi. Cinta lain dengan ilmu pasti, bagiku ia layaknya seni yang tiada habis. Ia menelusup dalam ruang jiwa melalui hati, entah mengapa goresannya tiada mampu terhenti.
Cinta bagiku bagai sebuah pelangi, ia jelas memiliki ujung namun ujungnya semu. Di ujungnya tiada yang tahu melainkan Yang Maha Memberi Cinta. Maka nikmati saja cinta yang kian lama menyayat membawa serta kerinduan ini, karena cinta adalah nikmat Tuhan yang tiada mampu kau dustai.

Sabtu, 11 April 2015

Yang Menghalangimu Menikah

Gambar ini diambil dari: pernikahanislami99.blogspot.com


"Bukankah kami telah lapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu, yang memberatkan punggungmu?"
 (Q.S. Al - Inshiroh: 1-3)

Percayakah engkau bahwa Allah SWT itu Maha Penolong? Percayakah engkau bahwa Dia adalah satu - satunya Dzat yang tiada ingkar? Bahkan Dia tidak akan pernah menyesatkan hamba-Nya walaupun Dia tahu hamba-Nya telah ingkar kepada-Nya. Lantas mengapa masih tersimpan sejuta keraguan dalam benakmu? Menikah, iya menikah. Apa yang menghalangimu menikah? Bukankah menikah merupakan sunnah Rasulullah SAW yang didalamnya terdapat berjuta berkah dan janji Allah SWT yang tentunya baik? Yuk simak tulisan saya berikut ini.

Allah SWT pasti melapangkan segala urusan hamba-Nya apabila itu baik dan halal. Mengingat bahwa Dia adalah Maha Penolong, bahkan dalam surah diatas telah jelas dijelaskan bahwa Allah pasti meringankan beban berat pada hamba-Nya. Salah satunya yaitu menikah, Allah telah menjanjikan pertolongan kepada hamba-Nya yang menikah. Allah Maha Kaya lagi Maha Luas, apapun mampu Allah berikan termasuk rezeki yang berlimpah. Jika dikatakan bahwa rezeki hanyalah materi semata maka hal itu sangat disayangkan, karena Allah menyediakan begitu banyak rezeki udara untuk bernafas misal. Jadi ketahuilah sahabat, Allah sesungguhnya selalu beserta hamba-Nya namun tergantung padamu apakah mau mendekat dengan-Nya atau tidak?

Nah, apa yang menghalangimu menikah?
Pikirkanlah kembali sahabatku, jika niatmu itu baik, tulus, dan yang terpenting untuk menolong agama Allah maka yakinlah Dia ada untukmu bahkan tanpa kau minta. Apa yang menghilangimu menikah? aku sih yakin, pasti sahabat dan sahabati sekalian sudah siap, buktinya kita pacaran kesana kemari. Entah berapa mantan pacar yang ditinggalkan, entah berapa manusia yang kita sakiti hatinya, entah berapa manusia yang kita kecewakan karena pacaran, entah berapa pula jalinan ukhuwah menjadi renggang bahkan terputus karena ikatan yang tiada jelas ujungnya itu. Entahlah sahabatku, banyak -banyak istigfar saja. 

"Aku pacaran tapi belum siap nikah, masih mau menikmati masa muda, aku belum bisa membalas jasa orang tuaku, dan yang pasti aku belum siap!"

Sahabat, kenapa pacaran kalau belum niat menikah. Bukan maksud saya menggurui dan mengklaim bahwa saya orang baik. Sama sekali bukan untuk itu saya menulis artikel ini, saya hanya ingin mengatakan apa yang selama ini menjadi cambuk bagi diri saya sendiri, barangkali kita memiliki masalah yang sama. 
Sahabatku, coba dipikirkan kembali, bagaimana bisa kita menikmatimasa muda dengan jalan berpacaran? dengan cara "mengikatkan" diri kita pada hubungan yang masih "awang - awang"? Bukan apa - apa, hanya saja saya merasa sedih. Jika memang sahabatku mau menikmati masa muda, cobalah keluar dari ikatan itu. Jadi aktivis di kegiatan sosial, jadi seseorang yang berguna bagi masyarakat. Awalnya memang sulit bagi sebagian orang, mungkin ada yang depresi, sakit hati, bahkan dendam, Astagfirullah. Mungkin itu beberapa dari sekian banyak alasan mengapa Allah melarang kita pacaran. Namun,bagi sebagian orang yang mengerti maka keluar dari ikatan itu akan mudah. Seperti saya, beberapa waktu lalu saya sempat "diselamatkan" Allah dari ikatan itu, iya dalam arti lain "putus hubungan". Putus hubungan bukan bencana, justru disitulah keselamatan kita ditunjukkan kembali oleh Allah. Saya paham betul bagaimana tujuan seseorang itu, yakni untuk menyelamatkan diri kita dari perbuatan munkar. Ya, munkar apa enggaknya tergantung kamu dong, kalau kamu pacarannya pakai nafsu yah jelas lah itu salah!. Sahabatku, pacaran itu sudah pasti mengandung nafsu disadari ataupun tidak. 

Aku belum membalas jasa orang tuaku?
Sahabat yakin bicara seperti itu? Jika seluruh kekayaan di bumi ini kita persembahkan kepada kedua orang tua kita, percayalah itu belum cukup membalas jasa mereka. Tapi setidaknya aku ingin membahagiakan mereka dahulu! Membahagiakan apa sahabatku? Apakah selama ini kamu tidak mampu membahagiakan mereka? Kemana saja kita selama ini? Ataukah yang sahabat fikirkan membalas itu dari finansial? Orangtua kita tak butuh uang sahabat, mereka butuh anak - anak yang baik disisinya dan NYA. mengerti kan? Apakah dengan menikah itu berarti kebahagiaan mereka atasmu berkurang? sama sekali tidak. Jika memang sahabatku ingin membahagiakan kedua bidadari itu maka lakukan sekarang, tak perlu menunggu nanti, kapan? ketika sudah lulus kuliah? atau ketika kekayaan yang kalian berikan dirasa cukup untuk membalas jasa keduanya? Astagfirullah. Perbanyaklah istigfar sahabat.

Aku belum siap, aku masih muda!
Belum siap kok pacaran. Itu apa yang ada dalam hatiku.Sempat bahkan beberapa hari lalu aku memposting nasihat ustadz Felix Siauw tentang meninggalkan pacaran dan otomatis semua orang berkomentar "emangnya kamu gak pacaran? kok munafik sih? pacar kamu gak kamu anggap?" dan banyak lagi komentar sinis terlontar pada saya. Dan disitulah saya benar - benar tercambuk, bukan tersinggung tetapi merasa sedih. 

Jika dikatakan apakah saya tidak pacaran? maka saya jawab pernah. Lantas apa lagi yang menghalangimu menikah? bukankah menikah itu dibanggakan Rasulullah SAW? ataukah sahabat menunggu "musibah" baru menikah? Astagfirullah. Jika kemapanan finansial yang dicari maka ayah saya selalu berkata "Kapanpun kamu mau nikah, maka ayah siap. Urusan uang tak usah kau fikirkan nak, kamu tahu hukum Agama lebish banyak dari ayah. jika kamu menikah Allah SWT pasti menolong, jika kamu kekurangan kelak katakan pada ayah. maka semampu ayah, pasti ayah bantu. Jangan pernah memikirkan takut kehabisan uang, jika kamu berusaha Allah SWT pasti menolong" kata itu yang membuat saya tergetir. Serasa ditusuk bilah, betapa suci cinta kedua orang tuaku terhadapku. :) Dan jika orang tua yang melarang atau memintamu menunda niatmu, maka lobby mereka dengan baik dan santun, jangan membuat keduanya tersinggung, apabila yang hendak kau nikahi adalah laki - laki shaleh atau wanita shaleha maka pantas kau perjuangkan. Bukan diperjuangkan dengan di pertahankan dalam pacaran, melainkan dijaga kehormatannya dari jauh demi Akad yang suci mengguncang 'Arsy.

Sahabat ingatlah, Allah tak pernah menjerumuskan hamba-NYA melainkan kita sendiri yang menjerumuskan diri sendiri. Dan apakah tidak takut dengan azab-Nya? sungguh azab-Nya sangat pedih. Bismillah, yuk berbenah. Hamasah. Maafkan aku Yaa Rabb apabila terdapat kesalahan dalam tulisan ini.