|
gambar diambil dari: http://indonesia.ucanews.com/wp-content/uploads/2012/10/guru.jpg |
Dalam mendefinisikan pengertian guru memang banyak sekali referensinya, namun sekali lagi dalam hal ini saya merasa sangat malas menapaki referensi itu, bukan karena sok pandai namun saya hanya ingin mengetahui seberapa pemahaman saya terhadap apa yang saya pikirkan. Jika dikatakan menjadi peserta didik mungkin memang hanya bisa memberikan kritikan kepada guru tanpa mengerti bagaimana kesibukan guru yang sebenarnya, maka bagi saya hal itu memang sangat dibutuhkan guna evaluasi terhadap kinerja guru. Jadi jika anda ingin menjadi guru, ada baiknya anda pikirkan dengan betul - betul mengenai kesabaran yang harus anda miliki maupun waktu luang dan yang lainnya, dengan kata lain "Pantaskan diri sebagai guru".
Guru, bagi saya guru merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan siswa atau peserta didik disamping usaha dan potensi peserta didik itu sendiri maupun kehendak Tuhan yang ketetapannya benar - benar pasti. Bagaimana tidak, menjadi guru bukan hanya dalam arti sempit yaitu mengajar saja melainkan seperti yang dikatakan orang jawa bahwa guru itu digugu lan ditiru maka menjadi guru seharusnya mampu memberikan contoh tabiat yang baik bagi peserta didiknya. Menurut apa yang saya pahami dan saya amati guru adalah pemimpin maka semangat guru teramat penting bagi murid - muridnya karena guru yang selalu semangat akan membuat murid menjadi terbawa arus semangat, lain dengan guru yang selalu mengeluh dan juga menampakkan wajah yang muram terlebih lagi apabila guru itu selalu membawa permasalahan pribadi ketika mengajar, maka hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dan kualitas siswa. Disamping itu, sering sekali guru mengatakan dengan nada yang sedikit tidak enak ketika peserta didiknya belum mampu mencapai target prestasi yang ia dambakan dengan ucapan seperti ini "ya... kalau murid kurang berhasil, guru lagi yang disalahkan yah. guru memang selalu salah" dan mendengar hal itu hati saya berkata "kalau gak mau disalahkan gak usah jadi guru, pulang sajalah guru kok kebanyakan ngeluh".
Selain hal - hal tersebut menjadi guru juga dituntut untuk mampu memahami potensi peserta didiknya, itu semua terbukti dengan adanya pembekalan materi kuliah psikologi pendidikan bagi para calon guru. Beberapa waktu lalu, saya sempat menonton film India yang judulnya Teri Zameer Par yang berisi tentang bagaimana pentingnya teori humanism dalam pendidikan, bahwa setiap anak memiliki potensi berbeda, bahwa setiap anak tidak akan mampu disamakan walau ia berada dalam satu lingkungan yang menuntut dirinya harus sama seperti yang lain yaitu lingkungan pendidikan. Lantas siapa yang harus memahami setiap potensi itu? Guru lagi? Ya, benar sekali, guru memang memiliki peran utama dalam hal tersebut. Selain sabar, guru memang harus mampu memahami bagaimana cara peserta didik menunjukkan potensinya. Dengan kata lain, menjadi guru tidak boleh terlalu egois dengan mengarahkan siswa sesuai dengan kehendaknya tanpa memperdulikan apa yang peserta didiknya miliki sebagai potensi. Menjadi guru hendaknya mampu berlapang dada mengarahkan potensi anak didiknya, bukan mengekang dan "mengendalikan" sesuai keinginan dan apabila tidak sesuai keinginannya maka ia menjadi susah hati, masih pantaskah menjadi guru?
Peserta didik atau siswa atau murid merupakan sasaran dalam pendidikan, jika guru benar - benar mampu memahami teori humanisme dalam psikologi pendidikan harusnya ia mengerti bahwa manusia bukan makhluk yang hanya mampu berjalan ketika diberi stimulan layaknya tikus, manusia memiliki akalnya sendiri dan dengan akalnya itu maka ia mampu berpikir. Pikiran peserta didik bukanlah bahan untuk dikendalikan melainkan diarahkan, ingat!! "diarahkan" maka sekali lagi menjadi guru tidak boleh egois. Lagi pula apa guna teori psikologi pendidikan jika guru masih tidak mampu mengaplikasikannya? apakah itu dianggap hanya sebagai formalitas agar transkip nilai kuliah terisi?
Dalam hal ini saya memang belum memiliki pengalaman sebagai guru, tentang kesibukan dan apa saja yang membuat guru mengalami kesulitan. Namun saya memiliki sesuatu yang di anugerahkan Tuhan sebagai alat untuk mengamati, dan seringnya saya menjumpai tipikal guru yang tak mampu memahami apa yang menjadi potensi peserta didiknya, kemudian mengolok - olok peserta didik itu di depan peserta didik yang, menuntut mereka untuk setara denganyang lain padahal sudah jelas bukan disitu ia ahli, tidak ingin mendukung apa yang dilakukan peserta didik karena ia memiliki potensi yang jauh berbeda dari apa yang guru harapkan. Padahal sebenarnya hal itu justru membuat harga diri dan kualitasnya sebagai guru menjadi tampak menurun, dan sekali lagi saya memang harus berkata "menjadi guru harus siap disalahkan". Seharusnya ketika ingin menjadi guru maka ia harus mengerti bahwa hal itu sangatlah riskan bahkan tanggung jawab menjadi guru terbawa hingga dihadapan Tuhan. Jika dikatakan bahwa menjadi guru boleh mengatur siswanya, maka saya katakan "lihatlah tabiat anda", jika dikatakan bahwa menjadi guru tak semudah kritikan saya maka saya katakan "lalu kenapa masih memaksakan jika ikhlas bukan dasar anda", jika dikatakan bahwa saya tidak mengerti apa - apa maka saya katakan "pengalaman memang penting namun percuma bila anda menutup telinga", dan jika dikatakan bahwa saya benar - benar belum mengerti apa - apa maka saya katakan "berarti anda benar benar setengah hati".
Menjadi guru memang tidak mudah jika anda terlalu sering mengeluh, egois, dan hanya berusaha mencapai target. Karena pendidikan bukan hanya dilakukan untuk mencapai target melainkan untuk memberikan pemahaman, target hanya tujuan cadangan sedangkan tujuan utama adalah pemberian pengertian. Percuma memampang target namun tak ingin memperhatikan yang lain, tidak bisa dipungkiri memang target itu perlu namun proses lebih perlu. So, pantaskan diri sebagai guru, bila ingin menjadi seorang guru wajib yaitu guru yang kehadirannya membawa sesuatu yang positif bagi setiap peserta didik baik dalam segi semangat, pembelajaran dan solidaritas, jangan bangga ketika menjadi guru yang tidak disukai banyak siswa atau peserta didik karena bisa jadi kehadiran guru itu hanya membawa keluhan, amarah, sehingga berdampak kebosanan dan kemalasan siswa disadari ataupun tidak.
"ini hanya pendapat tentang apa yang saya dapatkan dari pengamatan, karena saya merasa perduli dengan pendidikan. Maaf apabila ada kesalahan, semoga Allah mengampuni saya atas kesalahan yang mungkin ada dalam artikel ini"