R I K A M E R I A N A
Bismillahirrohmaanirrohiim
Semoga dengan adanya artikel ini mampu membuka hati yang masih
terkunci, mampu memberikan gambaran kepada hidup yang lebih terarah, dan mampu
mengetuk jiwa yang telah lama tertidur dalam buaian hangat dunia yang pada
dasarnya adalah mematikan. Kepada seluruh saudara seimanku yang mengharapkan
syafa’at Rasulullah SAW dan yang senantiasa mengharapkan Ridho Allah SWT. Dengan
mengharapkan perlindungan Allah SWT semoga tangan dan lidah ini terarah kepada
jalan-Mu yang lurus.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya] ke seluruh tubuh mereka." Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q. S. Al – Ahzab : 59)
Memakai jilbab[1]
bagi seorang wanita muslim adalah wajib hukumnya ketika ia telah baliq, jilbab
bukanlah hanya sekedar penutup aurat semata tetapi memakai jilbab juga memiliki
aturan dan syarat – syarat tertentu. Memakai jilbab bukanlah sesuatu yang awam
bagi masyarakat saat ini, berbagai fashion dan mode dalam berpakaian kini telah
banyak mengalami perkembangan dengan mengatasnamakan “Hijab” yang
sebenarnya hijab itu memiliki arti sebagai “Penghalang” jadi apapun apapun yang
menjadi penghalang bagi pengelihatan itu telah mampu di sebut hijab. Tidak baik
memang kita sebagai seorang muslim itu menghakimi muslim yang lainnya, namun
timbal balik itu tetaplah sangat diperlukan untuk memberikan pengertian yang
lebih baik dari yang sebelumnya.
Jilbab, begitu banyak wanita muslim yang merasa berat untuk
mengawali “Hijrah” yang begitu indah ini. Sebagian besar dari mereka
memutuskan untuk memakai jilbab ketika hatinya dirasa telah pantas untuk
berhijab dan tidak sedikit yang menuturkan bahwa “Berjilbab itu dari hati dulu,
jika hati sudah berhijab maka barulah fisik yang berjilbab”. Perspektif kolot
itu kembali menyesatkat pemikiran para wanita muslim yang ada untuk tidak
segera mengenakan jilbab mereka. Ditambah lagi dengan maraknya mode hijab yang Booming
di kalangan masyarakat saat ini yang semakin membuat wanita muslim menjadi
semakin terjerat kedalam perspektif yang salah. Ironi memang, apabila kita
sebagai muslim yang lainnya hanya mampu menanggapi “di balik layar” dan
menggerutu tidak jelas. Fenomena hijab yang marak saat ini telah banyak
menjadikan hijab sebagai kebutuhan fashion dan bukanlah suatu kewajiban, dengan
memberikan “Iming - iming” penampilan menarik bagi wanita muslim,
fashion hijab telah berhasil membelokkan pemikiran wanita muslim. Dengan menciptakan
mode hijab sebenarnya itu membuat wanita muslim menjadi terancam kehormatannya,
seperti terjadinya fenomena Jilboobs[2]
yang secara bahasa saja telah menunjukkan pelecehan terhadap wanita muslim
sehingga timbul perspektif baru yang menyebutkan bahwa “lebih baik tidak
berhijab tapi berkelakuan baik, dan berpakaian biasa namun sopan dan loggar
daripada menjadi pelaku jilboobs”.
“Ada dua golongan penghuni neraka yang belum aku lihat, satu kaum
yang selalu bersama cambuk bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya mereka memukul
manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang. Mereka berjalan
dengan melenggak-lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang
miring. Mereka tidak akan masuk surga & tidak mencium baunya, padahal bau
surga bisa tercium dari jarak demikian & demikian”.
[HR. Muslim Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu]
Ketahuilah saudariku, azab Tuhan mu itu sangatlah pedih memulai dari
hal kecil yaitu menutup aurat itu merupakan bentuk kecintaan kita kepada Allah
Tuhan Seluruh Alam. Berjilbab itu di tujukan kepada kaum wanita agar mereka
mampu menundukkan pandangan laki – laki terhadap wanita, tetapi ketahuilah
saudari seimanku ketika wanita berhijab namun berpakaian sangat ketat itu akan
lebih membuat laki – laki menjadi semakin berhasrat kepada wanita dibandingkan
ketika laki – laki itu melihat wanita yang benar – benar berpakaian terbuka.
Ironi kepunahan jilbab ini menjadi semakin parah setiap waktunya
sehingga tidak jarang mereka yang berjilbab sesuai syar’i kini menjadi
terdistorsi oleh fenomena fashion hijab saat ini. Mengikuti fashion memang pada
dasarnya sudah menjadi sifat alamiah untuk wanita tetapi adakalanya wanita itu
mampu menyaring mana yang dapat di ikuti secara keseluruhan dan mana yang
bukan. Selain itu ketika seorang wanita muslim memutuskan untuk mengikuti
fashion maka hendaknya ia memperhatikan dengan berdasarkan syariat seperti tidak
berpakaian yang tipis,
“Abu Burdah r.a. berkata: A'isyah r.a. telah
menunjukkan kepada kami baju dan kain yang agak tebal, lalu berkata: Nabi saw.
telah meninggal dunia dengan kedua pakaian mi.” (Bukhari, Muslim)
“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Alqamah bin Abu Alqamah dari
Ibunya ia berkata; "Hafsah binti Abdurrahman menemui Aisyah, isteri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dengan mengenakan kerudung yang tipis, 'Aisyah
kemudian menyobek dan memakaikan untuknya kerudung yang lebih tebal."”
(Hadits ini di ambil dari kitab Al- Muwatha)
Dan pakaian lain yang dapat menunjukkan atau memperlihatkan aurat
wanita. Tidak ada makhluk yang sempurna, jika saudariku ingin berhijab tetapi
masih menunggu hati maka besar kemungkinan itu tak akan terjadi, karena hati
manusia memanglah tempat salah dan khilaf. Dengan berjilbab maka hati yang akan
menyesuaikan. Bukan jilbab yang menyesuaikan hati. Jangan biarkan ironi ini
berlanjut, kibarkan bendera iman dan tutup aurat kita seperti seharusnya
sebagai wujud cinta kepada Tuhan.
Semoga sedikit dari tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi kita
semua, dan penulis terutama. Maafkan saya apabila terdapat kata yang tidak
nyaman di baca. Terimakasih Barakallah J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar